Sunday, August 27, 2006
Meeting Malaysia 2006
11:57 PM
No comments
Tempat : Barbican Hall, City of London, UK
Penganjur : Horizon Bespoke & Tourism Malaysia
Website : http://www.barbican.org.uk/
Wednesday, August 23, 2006
Surat Dari Iblis
6:00 PM
No comments
Assalamualaikum,
(Surat ini akan membuat anda benar-benar berfikir)
****************************************
SURAT DARI SETAN UNTUK MU
Aku melihatmu kemarin, saat engkau memulai aktiviti harianmu.
Kau bangun tanpa sujud mengerjakan subuhmu
Bahkan kemudian, kau juga tidak mengucapkan "Bismillah" sebelum memulai santapanmu, juga tidak sempat mengerjakan solat Isyak sebelum berangkat ketempat tidurmu
Kau benar2 orang yang bersyukur, Aku menyukainya
Aku tak dapat mengungkapkan betapa senangnya aku melihatmu tidak merubah cara hidupmu.
Hai Bodoh, Kamu millikku.
Ingat, kau dan aku sudah bertahun-tahun bersama,
dan aku masih belum bisa benar2 mencintaimu.
Malah aku masih membencimu, karena aku benci Allah.
Aku hanya menggunakanmu untuk membalas dendamku kepada Allah.
Dia sudah mencampakkan aku dari surga, dan aku akan tetap memanfaatkanmu sepanjang masa untuk mebalaskannya
Kau lihat, ALLAH MENYAYANGIMU dan dia masih memiliki rencana-rencana untukmu dihari depan.
Tapi kau sudah menyerahkan hidupmu padaku,
dan aku akan membuat kehidupanmu seperti neraka.
Sehingga kita bisa bersama dua kali dan ini akan menyakiti hati ALLAH
Aku benar-benar berterimakasih padamu, karena aku sudah menunjukkan kepada NYA siapa yang menjadi pengatur dalam hidupmu dalam masa2 yang kita jalani
Kita nonton film 'porno' bersama, memaki orang, mencuri, berbohong, munafik, makan sekenyang-kenyangya, bergosip, manghakimi orang, menghujam orang dari belakang, tidak hormat pada orang tua ,
Tidak menghargai Masjid, berperilaku buruk.
TENTUNYA kau tak ingin meninggalkan ini begitu saja.
Ayuhlah, Hai Bodoh, kita terbakar bersama, selamanya.
Aku masih memiliki rencana2 hangat untuk kita.
Ini hanya merupakansurat penghargaanku untuk mu.
Aku ingin mengucapkan 'TERIMAKASIH' kerana sudah mengizinkanku
memanfaatkan hampir semua masa hidupmu.
Kamu memang sangat mudah dibodohi, aku menertawakanmu.
Saat kau tergoda berbuat dosa kamu menghadiahkan tawa.
Dosa sudah mulai mewarnai hidupmu.
Kamu sudah 20 tahun lebih tua, dan sekarang aku perlu darah muda.
Jadi, pergi dan lanjutkanlah mengajarkan orang-orang muda bagaimana berbuat dosa.
Yang perlu kau lakukan adalah merokok, mabuk-mabukan, berbohong, berjudi, bergosip, dan hiduplah se-egois mungkin.
Lakukan semua ini didepan anak-anak dan mereka akan menirunya.
Begitulah anak-anak .
Baiklah, aku persilakan kau bergerak sekarang.
Aku akan kembali beberapa detik lagi untuk menggoda mu lagi.
Jika kau cukup cerdas, kau akan lari sembunyi, dan bertaubat atas dosa-dosamu.
Dan hidup untuk Allah dengan sisa umurmu yang tinggal sedikit.
Memperingati orang bukan tabiatku, tapi diusiamu sekarang dan tetap melakukan dosa, sepertinya memang agak aneh.
Jangan salah sangka, aku masih tetap membencimu.
Hanya saja kau harus menjadi orng tolol yang lebih baik dimata ALLAH.
Catatan : Jika kau benar2 menyayangiku , kau tak akan memberi surat ini dengan siapapun.
(Surat ini akan membuat anda benar-benar berfikir)
****************************************
SURAT DARI SETAN UNTUK MU
Aku melihatmu kemarin, saat engkau memulai aktiviti harianmu.
Kau bangun tanpa sujud mengerjakan subuhmu
Bahkan kemudian, kau juga tidak mengucapkan "Bismillah" sebelum memulai santapanmu, juga tidak sempat mengerjakan solat Isyak sebelum berangkat ketempat tidurmu
Kau benar2 orang yang bersyukur, Aku menyukainya
Aku tak dapat mengungkapkan betapa senangnya aku melihatmu tidak merubah cara hidupmu.
Hai Bodoh, Kamu millikku.
Ingat, kau dan aku sudah bertahun-tahun bersama,
dan aku masih belum bisa benar2 mencintaimu.
Malah aku masih membencimu, karena aku benci Allah.
Aku hanya menggunakanmu untuk membalas dendamku kepada Allah.
Dia sudah mencampakkan aku dari surga, dan aku akan tetap memanfaatkanmu sepanjang masa untuk mebalaskannya
Kau lihat, ALLAH MENYAYANGIMU dan dia masih memiliki rencana-rencana untukmu dihari depan.
Tapi kau sudah menyerahkan hidupmu padaku,
dan aku akan membuat kehidupanmu seperti neraka.
Sehingga kita bisa bersama dua kali dan ini akan menyakiti hati ALLAH
Aku benar-benar berterimakasih padamu, karena aku sudah menunjukkan kepada NYA siapa yang menjadi pengatur dalam hidupmu dalam masa2 yang kita jalani
Kita nonton film 'porno' bersama, memaki orang, mencuri, berbohong, munafik, makan sekenyang-kenyangya, bergosip, manghakimi orang, menghujam orang dari belakang, tidak hormat pada orang tua ,
Tidak menghargai Masjid, berperilaku buruk.
TENTUNYA kau tak ingin meninggalkan ini begitu saja.
Ayuhlah, Hai Bodoh, kita terbakar bersama, selamanya.
Aku masih memiliki rencana2 hangat untuk kita.
Ini hanya merupakansurat penghargaanku untuk mu.
Aku ingin mengucapkan 'TERIMAKASIH' kerana sudah mengizinkanku
memanfaatkan hampir semua masa hidupmu.
Kamu memang sangat mudah dibodohi, aku menertawakanmu.
Saat kau tergoda berbuat dosa kamu menghadiahkan tawa.
Dosa sudah mulai mewarnai hidupmu.
Kamu sudah 20 tahun lebih tua, dan sekarang aku perlu darah muda.
Jadi, pergi dan lanjutkanlah mengajarkan orang-orang muda bagaimana berbuat dosa.
Yang perlu kau lakukan adalah merokok, mabuk-mabukan, berbohong, berjudi, bergosip, dan hiduplah se-egois mungkin.
Lakukan semua ini didepan anak-anak dan mereka akan menirunya.
Begitulah anak-anak .
Baiklah, aku persilakan kau bergerak sekarang.
Aku akan kembali beberapa detik lagi untuk menggoda mu lagi.
Jika kau cukup cerdas, kau akan lari sembunyi, dan bertaubat atas dosa-dosamu.
Dan hidup untuk Allah dengan sisa umurmu yang tinggal sedikit.
Memperingati orang bukan tabiatku, tapi diusiamu sekarang dan tetap melakukan dosa, sepertinya memang agak aneh.
Jangan salah sangka, aku masih tetap membencimu.
Hanya saja kau harus menjadi orng tolol yang lebih baik dimata ALLAH.
Catatan : Jika kau benar2 menyayangiku , kau tak akan memberi surat ini dengan siapapun.
Friday, August 18, 2006
Monday, August 14, 2006
Bil Bil Kena Chicken Pox!
8:48 PM
7 comments
SELARASKAN CUTI SEKOLAH DENGAN IPTA (DARI MEJ (B) WAN ABDUL RAHMAN BIN HJ. WAN MAHMOOD)
8:01 AM
No comments
Assalamualaikum,
Respon dari tajuk di atas, saya sekeluarga dan bagi pihak penulis artikel mengucapkan ribuan terima kasih yang tak terhingga di atas tersiarnya artikel tersebut di dalam forum Utusan Malaysia pada 25 Julai 2006. Untuk makluman saudara pengarang, apa yang terkilan dan tersentuh di sini penulis tidak berkesempatan untuk menatap artikel yang ditulis kerana pada tarikh itulah beliau telah menghembuskan nafas terakhir tepat jam 11.30 malam. Walaubagaimanapun beliau mengetahui artikel tersebut telah disiarkan dan beliau begitu gembira dan berbangga setelah sekian hari selama 2 minggu asyik menunggu bilakah artikel tersebut akan disiarkan, cuma tidak sempat untuk membaca lantaran kesibukan beliau di tapak projek pada hari beliau menghembuskan nafas terakkhir itu.
Sekali lagi saya sekeluarga mengucapkan jutaan terima kasih kepada utusan dan begitu berbesar hati di atas kesudian saudara pengarang menyiarkan artikel tersebut untuk tatapan umum rakyat Malaysia. Untuk pengetahuan saudara juga, penulis merupakan seorang yang begitu menekankan konsep keluarga penyayang selaras dengan kehendak kerajaan yang sentiasa berusaha untuk pembangunan insan.
Kami sentiasa mendoakan kesejahteraan kepada saudara pengarang khasnya dan utusan amnya. Akhir kata salam hormat dari saya sekeluarga.
WAN RASIDAH BT HJ. WAN MAHMUD
TANAH MERAH, KELANTAN
E-MAIL; wanrasidah@ptptn.gov.my
Respon dari tajuk di atas, saya sekeluarga dan bagi pihak penulis artikel mengucapkan ribuan terima kasih yang tak terhingga di atas tersiarnya artikel tersebut di dalam forum Utusan Malaysia pada 25 Julai 2006. Untuk makluman saudara pengarang, apa yang terkilan dan tersentuh di sini penulis tidak berkesempatan untuk menatap artikel yang ditulis kerana pada tarikh itulah beliau telah menghembuskan nafas terakhir tepat jam 11.30 malam. Walaubagaimanapun beliau mengetahui artikel tersebut telah disiarkan dan beliau begitu gembira dan berbangga setelah sekian hari selama 2 minggu asyik menunggu bilakah artikel tersebut akan disiarkan, cuma tidak sempat untuk membaca lantaran kesibukan beliau di tapak projek pada hari beliau menghembuskan nafas terakkhir itu.
Sekali lagi saya sekeluarga mengucapkan jutaan terima kasih kepada utusan dan begitu berbesar hati di atas kesudian saudara pengarang menyiarkan artikel tersebut untuk tatapan umum rakyat Malaysia. Untuk pengetahuan saudara juga, penulis merupakan seorang yang begitu menekankan konsep keluarga penyayang selaras dengan kehendak kerajaan yang sentiasa berusaha untuk pembangunan insan.
Kami sentiasa mendoakan kesejahteraan kepada saudara pengarang khasnya dan utusan amnya. Akhir kata salam hormat dari saya sekeluarga.
WAN RASIDAH BT HJ. WAN MAHMUD
TANAH MERAH, KELANTAN
E-MAIL; wanrasidah@ptptn.gov.my
Wednesday, August 09, 2006
Puisi Buat Kekanda (untuk babalong yang dalam ingatan)
8:27 AM
No comments
dari kiri, atas : cik wan, cik nah, sue dah, babalong, ayah su, ayah ngah
bawah, kiri : mama, cik ngah, mok (tok), wae long
ASSALAMUALAIKUM...
Ku doakan semoga roh abangku dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang soleh. Telah kembali ke rahmatullah pada malam Selasa, 25 Julai 2006 bersamaan 1 Rejab 1427 tepat jam 11.45 malam...Alfatihah untuk Allahyarham Babalong...
PERGINYA ABANG YANG AMAT DIKASIHI
kau pergi tanpa pesan
kau pergi dalam keadaan kami semua memerlukannya
kau pergi membawa seribu kenangan
kau pergi dalam tangisan
kau pergi amat memilukan
yang tinggal hanya lapan
siapakah menjadi undangan
Tuhan yang menentukan
Tuhan yang punya kekuasaan
kita hanya mendoakan
kita hanya menunggu giliran
menanti pemergian
menunggu panggilan
sampai masa kita meninggalkan
panjangkan usia kami sekalian
agar brpeluang mencari ketakwaan
dalam dunia kemewahan
di akhirat kita bersukaan
demi masa depan
demi keluargaku sekalian
marilah dan buatlah amalan
supaya tidak kesal kemudian
supaya kita dirahmati Tuhan
supaya tiada dosa kebinasaan
yang akan kita bawa menemui Tuhan
Ya ALLAH Ampunkanlah Keluargaku Sekalian...
Wasalam...
Welong, 8th July 2006... 11.48am
Mesej Dari Thailand bhg.2
3:35 AM
No comments
Dalam kesibukan Bandar Khon Khaen ayahngah dapati sangat minima orang merokok menjadikan kita terasa segan dan silu hendak merokok takut dikatakan kurang sopan. Kalau hendak merokok ayahngah akan mencari suatu tempat yang berjauhan dari orang ramai dan terdapat tempat untuk membuang abuk serta puntung rokok. Pada setiap kotak rokok bukan perkataan amaran yang ditulis tetapi tertera gambar tengkorak atau gambar organ paru paru yang reput menandakan kematian atau penyakit yang akan mengancam setiap perokok. Peti peti tempat menyimpan rokok di kedai kedai terlindung dari pandangan umum dan rokok tidak dipamerkan. Pembeli rokok akan menyebut jenama rokok yang hendak dibeli atau menunjukkan kotak rokok yang kosong. Ayahngah bertanya kepada jurubahasa kami “ Mr. Supachai, I don’t see many people here smoking?. Dia menganggukkan dan tersenyum sambil berkata “ We wan tuo haive a long life, you Malaysian wan tuo haive a shorter life”. (Sebutan nya tersekat sekat mengatur perkataan dan ayat dalam Bahasa Inggeris…mind your langguage). Dalam bandar juga didapati hampir tidak kelihatan remaja melepak dan berkumpul beramai ramai, bersorak sorai seperti keadaan ditempat kita. Semua peringkat masyarakat ‘busy’ dengan urusan masing masing. Tiada juga kelihatan kumpulan ‘Mat Rempek’ berderum kesana kemari dengan motosikal meluahkan kepulan asap motor disana sini. Dari pengamatan ayahngah, masyarat di Thailand ini adalah mencontohi atau memang semula jadi mereka memiliki cirri cirri masyarat negara maju seperti Jepun dan China. Ayahngah pernah ke Beijing suatu masa dulu dan keadaan masyarakatnya sama seperti yang ayahngah nyatakan ini. Kehidupan di pendalaman atau di kampung kampung mereka mengamalkan konsep tekun, rajin berkerja dan bertani serta hidup dalam keadaan yang harmoni manakala dibandar pula mereka juga sibuk menjalani kehidupan di bandar tanpa membuang masa dengan kehidupan yang negatif. Termenung sejenak ayahngah memikirkan keadaan kehidupan masyarakat kita sama ada di kampong atau dibandar, jauh berbeza dengan masyarakat di sana. Ayahngah cuba menilai tahap keperibadian dan budaya masyarakat kita tetapi tidak dapat mengukur sama ada kita masih berada dibelakang mereka atau terlalu kedepan. Keadaan di Golok, Narathiwat dan tempat tempat lain di selatan Thailand bukan menjadi gambaran kehidupan sebenar orang Thai kerana masyarat di selatan Thai bercampur gaul dengan orang Melayu Thai yang mungkin mempunyai budaya dan cara hidup seperti orang orang Melayu kita di Malaysia. Gambaran kehidupan orang Thai dan Thailand yang sebenar adalah bermula dari Hatyai hingga ke Chengmai dan Surin.
Semasa bersiar siar dibandar, tiada lansung perasaan curiga dan takut yang tersemat dihati kita sebagai orang luar atau pelancung asing. Tiada rasa cemas atau takut untuk merayau rayau bersendirian kerana tiada perasaan ‘suspiscous’ terhadap individu yang lain. Keadaan yang aman ini tidak kita dapati di tempat kita yang kehidupan harian kita sentiasa sinonim dengan ‘peragut’ dan ‘penyamun’ seperti di KL. Salah seorang ahli rombongan, kawan lama ayahngah yang berbangsa Cina, bekerja di KL tetapi tinggal di PJ. Disepanjang lawatan itu kami sering berbincang dan berbual bual tentang sosial dan ekonomi di Malaysia. Dia sering meluahkan perasaan kekeciwaannya dengan keadaan masyarakat kita di Malaysia terutamanya di bandar bandar yang tidak lagi mematuhi norma norma hidup sebagai ‘true Malaysians’. “Wan…! You know now aaah…! KL is no longer safe”. Luahan perasaannya itu adalah ekoran dari beberapa kejadian ragut yang pernah berlaku ke atas isteri dan anak saudaranya. Seorang lagi ahli rombongan turut menceritakan yang dia pernah bergelut dengan seorang peragut yang cuba merampas talipon bimbitnya ketika akan menaiki bas suatu masa dulu. Efi pun dulu kena samun talipon dikedainya dan kejadian itu berlaku dihadapan matanya. Kenapakah masyarakat kita menjadi liar, ganas dan tidak bermoral sehingga untuk hidup pun terpaksa meragut dan menyamun. Moral masyarakat kita sekarang ini hampir menyamai masyarakat dibeberapa negara miskin yang rakyatnya terpaksa meminta minta, menyamun dan mencuri walaupun sebuku roti.
Suatu masa dulu ayahngah berada di Berlin dan Munich bersama sama dengan rakan rakan yang mewakili “Third World Countries” dari seluruh dunia. Sepanjang tempoh ayahngah berada disana kebanyakan rakan rakan dari India, Pakistan, dan beberapa Negara Afrika menghormati ayahngah sebagai wakil dari Malaysia. “So…you are the highest paid nation aah”, yang bermaksud bahawa kita adalah warga sebuah negara yang lebih maju sedikit dari mereka disegi pembangunan dan taraf sosio-ekonomi. Beberapa orang professor yang mengendalikan kursus yang ayahngah ikuti itu pun mengatakan bahawa ayahngah tak perlu menghadiri kursus tersebut kerana Malaysia sudahpun kehadapan berbanding dengan rakan rakan dari negara lain. Beliau menganggap bahawa Malaysia adalah sebuah ‘developing country’ bukannya ‘underdeveloping country’. Anggapan itu adalah merupakan satu status kepada masyarakat dan negara kita yang mengharapkan kita terus maju dan menjadi salah sebuah negara pesaing diperingkat antarabangsa didalam berbagai bidang. Malangnya masyarakat dan generasi kita dimasa ini mempunyai nilai moral yang kian merosot dan pudar, yang tidak mencerminkan masa depan yang cerah dan gemilang.
Ayahngah dibawa melawat ke salah satu ‘Research Center’ di Thamasat University of Bangkok dan meninjau kajian kajian yang dibuat oleh pakar pakar yang bertaraf professor. Apa yang mengkagumkan ialah hampir kesemua kajian yang dijalankan adalah “applicable”, maksudnya boleh digunapakai oleh pihak yang terlibat, bukan setakat hendak buat kajian dan membentangkan hasil kajian di seminar seminar dan penulisan saitifik tersebut akan menghiasi ‘journal’ dan majalah majalah saitifik. Dalam perbualan ayahngah dengan beberapa orang pakar tersebut yang meliputi beberapa aspek asas kerja dan kehidupannya, ayahngah dapat membuat satu kesimpulan. Ayahngah dapati pengetahuan, pengalaman dan kepakaran yang mereka miliki adalah dipergunakan sepenuhnya untuk profesion masing masing tanpa dicampur aduk dengan kehidupan peribadi mereka. Sebahagian besar dari masa, tenaga dan pengetahuan mereka ditumpukan sepenuhnya kepada kerja dengan penuh tekun, minat dan mempunyai ‘vision’ yang lebih jauh demi kepentingan masyarakatnya. Kerana minat yang mendalam dan komited dengan kerjanya, mereka memberikan tumpuan yang padu kepada kerja mereka dan tidak terfikir tentang hal hal yang memberi kepentingan peribadi seperti membuat kerja kerja lain sebagai ‘side bussiness’. Kepakaran dan komitmen mereka akan berterusan sehingga ke akhir hayat. Sikap setiap individu seperti ini memberikan tauladan yang baik bagi membangunkan sebuah masyarakat yang dinamik dan produktif. Berbanding dengan masyarakat kita yang mempunyai sindrom untuk melonjak lonjak dan berhempas pulas mencari kedudukan yang terbaik dalam kehidupan ini menyebabkan kita sudah lupa akan peranan kita yang sebenar dalam masyarakat. Sumbangan untuk masyarakat mengikut kepakaran, kedudukan dan status sudah mula diabaikan. Masing masing mencari kepentingan sendiri bagaikan ‘enau dalam belukar melepaskan pucuknya masing masing masing’. Kita tidak mempunyai visi yang jauh untuk kepentingan masyarakat dan generasi masa depan. Tiada lagi kesepakatan yang padu untuk memberikan sumbangan positif dan berkesan kepada masyarakat. Untuk anak anak ayangah, ayahngah selalu berpesan…. ‘Fikirkanlah disetiap petang dan malam…apa yang telah anda sumbangkan untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara pada hari ini, kalau tanpa apa apa sumbangan diberikan, anda hanya hidup dengan membuang masa’.
Semasa bersiar siar dibandar, tiada lansung perasaan curiga dan takut yang tersemat dihati kita sebagai orang luar atau pelancung asing. Tiada rasa cemas atau takut untuk merayau rayau bersendirian kerana tiada perasaan ‘suspiscous’ terhadap individu yang lain. Keadaan yang aman ini tidak kita dapati di tempat kita yang kehidupan harian kita sentiasa sinonim dengan ‘peragut’ dan ‘penyamun’ seperti di KL. Salah seorang ahli rombongan, kawan lama ayahngah yang berbangsa Cina, bekerja di KL tetapi tinggal di PJ. Disepanjang lawatan itu kami sering berbincang dan berbual bual tentang sosial dan ekonomi di Malaysia. Dia sering meluahkan perasaan kekeciwaannya dengan keadaan masyarakat kita di Malaysia terutamanya di bandar bandar yang tidak lagi mematuhi norma norma hidup sebagai ‘true Malaysians’. “Wan…! You know now aaah…! KL is no longer safe”. Luahan perasaannya itu adalah ekoran dari beberapa kejadian ragut yang pernah berlaku ke atas isteri dan anak saudaranya. Seorang lagi ahli rombongan turut menceritakan yang dia pernah bergelut dengan seorang peragut yang cuba merampas talipon bimbitnya ketika akan menaiki bas suatu masa dulu. Efi pun dulu kena samun talipon dikedainya dan kejadian itu berlaku dihadapan matanya. Kenapakah masyarakat kita menjadi liar, ganas dan tidak bermoral sehingga untuk hidup pun terpaksa meragut dan menyamun. Moral masyarakat kita sekarang ini hampir menyamai masyarakat dibeberapa negara miskin yang rakyatnya terpaksa meminta minta, menyamun dan mencuri walaupun sebuku roti.
Suatu masa dulu ayahngah berada di Berlin dan Munich bersama sama dengan rakan rakan yang mewakili “Third World Countries” dari seluruh dunia. Sepanjang tempoh ayahngah berada disana kebanyakan rakan rakan dari India, Pakistan, dan beberapa Negara Afrika menghormati ayahngah sebagai wakil dari Malaysia. “So…you are the highest paid nation aah”, yang bermaksud bahawa kita adalah warga sebuah negara yang lebih maju sedikit dari mereka disegi pembangunan dan taraf sosio-ekonomi. Beberapa orang professor yang mengendalikan kursus yang ayahngah ikuti itu pun mengatakan bahawa ayahngah tak perlu menghadiri kursus tersebut kerana Malaysia sudahpun kehadapan berbanding dengan rakan rakan dari negara lain. Beliau menganggap bahawa Malaysia adalah sebuah ‘developing country’ bukannya ‘underdeveloping country’. Anggapan itu adalah merupakan satu status kepada masyarakat dan negara kita yang mengharapkan kita terus maju dan menjadi salah sebuah negara pesaing diperingkat antarabangsa didalam berbagai bidang. Malangnya masyarakat dan generasi kita dimasa ini mempunyai nilai moral yang kian merosot dan pudar, yang tidak mencerminkan masa depan yang cerah dan gemilang.
Ayahngah dibawa melawat ke salah satu ‘Research Center’ di Thamasat University of Bangkok dan meninjau kajian kajian yang dibuat oleh pakar pakar yang bertaraf professor. Apa yang mengkagumkan ialah hampir kesemua kajian yang dijalankan adalah “applicable”, maksudnya boleh digunapakai oleh pihak yang terlibat, bukan setakat hendak buat kajian dan membentangkan hasil kajian di seminar seminar dan penulisan saitifik tersebut akan menghiasi ‘journal’ dan majalah majalah saitifik. Dalam perbualan ayahngah dengan beberapa orang pakar tersebut yang meliputi beberapa aspek asas kerja dan kehidupannya, ayahngah dapat membuat satu kesimpulan. Ayahngah dapati pengetahuan, pengalaman dan kepakaran yang mereka miliki adalah dipergunakan sepenuhnya untuk profesion masing masing tanpa dicampur aduk dengan kehidupan peribadi mereka. Sebahagian besar dari masa, tenaga dan pengetahuan mereka ditumpukan sepenuhnya kepada kerja dengan penuh tekun, minat dan mempunyai ‘vision’ yang lebih jauh demi kepentingan masyarakatnya. Kerana minat yang mendalam dan komited dengan kerjanya, mereka memberikan tumpuan yang padu kepada kerja mereka dan tidak terfikir tentang hal hal yang memberi kepentingan peribadi seperti membuat kerja kerja lain sebagai ‘side bussiness’. Kepakaran dan komitmen mereka akan berterusan sehingga ke akhir hayat. Sikap setiap individu seperti ini memberikan tauladan yang baik bagi membangunkan sebuah masyarakat yang dinamik dan produktif. Berbanding dengan masyarakat kita yang mempunyai sindrom untuk melonjak lonjak dan berhempas pulas mencari kedudukan yang terbaik dalam kehidupan ini menyebabkan kita sudah lupa akan peranan kita yang sebenar dalam masyarakat. Sumbangan untuk masyarakat mengikut kepakaran, kedudukan dan status sudah mula diabaikan. Masing masing mencari kepentingan sendiri bagaikan ‘enau dalam belukar melepaskan pucuknya masing masing masing’. Kita tidak mempunyai visi yang jauh untuk kepentingan masyarakat dan generasi masa depan. Tiada lagi kesepakatan yang padu untuk memberikan sumbangan positif dan berkesan kepada masyarakat. Untuk anak anak ayangah, ayahngah selalu berpesan…. ‘Fikirkanlah disetiap petang dan malam…apa yang telah anda sumbangkan untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara pada hari ini, kalau tanpa apa apa sumbangan diberikan, anda hanya hidup dengan membuang masa’.
Sekian.
oleh Ayah Ngah
p/s : untuk pengetahuan, ayah ngah sekarang berada di KL, so sesapa yg free tu nak jumpa boleh la calling-calling kay - kawe@MCC
E-mel Teh...
2:35 AM
No comments
e-mel ni kawe terima dr teh kira-kira beberapa hari lalu tapi tak sempat nak posting kat sini. ada beberapa lagi e-mel baru yg kawe terima. insyallah, akan kawe edit nak postkan satu persatu jadi harap bersabar ya. ikutkan hati, berat kawe nak teruskan tanggungjawab 'menjaga' blog ini. tapi demi MCC, tambah pula hari ni ramai ahli keluarga yg join chatting di tagboard, buat kawe rasa tambah bersemangat dan terus-terang ada rasa sebak sedikit. itulah, apa pun cam biasa, kawe sms sue aja. rancang2 ingin ke semenyih, bermalam di sana... tapi last minute teringatkan kerja2 di ofis, menimbun. ah, perlu perhatian juga - ikut hati, mati. ikut rasa, binasa. insyallah, kalau takder halangan, hujung minggu nanti kawe ke sana sue ya.... oh, ada sesapa mahu ikut?
Mesej Dari Thailand
2:21 AM
No comments
6 hari 5 malam ayahngah berada di Thailand, sebuah negara yang terkenal dengan lagenda Gajah Putih yang menjadi tunggangan Raja Thai semasa berperang dengan Burma suatu masa dulu. Terasa juga perasaan dendam menyelinap dalam sanubari ini kerana Raja Raja kita terpaksa menghantar ‘Bunga Emas’ sebagai ufti kepada Raja Thai dimasa yang lampau. Tetapi itu sejarah lama yang tidak lagi rasional untuk difikirkan di zaman ini. Selepas keluar dari bangunan terminal Bangkok International Airport, ayahngah dan rombongan, 5 orang kesemuanya, terus berlepas ke Pakchong dan beberapa tempat yang menghala ke Khon Khaen, 400 km ke Utara Bangkok. Ayahngah tidak tinggal di Bangkok sebab tiada apa yang dapat dilawati berkaitan dengan kerja ayahngah. Kesemua tempat yang ada dalam senarai lawatan berada di luar Bangkok, lebih2 lagi di utara Bangkok. Semasa menyususur keluar dari bandaraya Bangkok, sempat juga meninjau disekitar Bangkok (sight-seeing), keadaan nya sibuk seperti di KL juga, tapi luas bandaraya itu ialah 2 kali ganda keluasan KL. Rata rata tiada kelihatan kereta yang standing dengan KE 30 atau Nissan Sunny, semuanya bertaraf MPV, Honda city, BMW atau Mercedes. Tut tut pun tidak kelihatan.
Ayahngah dan rombongan menaiki Toyota Limousine 10 seater diiringi oleh Pengarah Animal Feed Reasearch Center di Pakchong sebagai pegawai pengiring dan juga jurubahasa. “Nice tuo meet ol of yuu and welcome to Tailaan” (loghat Thai English). Pemandunya tidak boleh berbahasa Inggeris, kalau hendak berurusan dengan nya kenalah berbahasa isyarat (tangan lebih agresif dari mulut) atau memek wajah menjadi pengantara. Satu dua patah perkataan boleh lah ayahngah sebut...seperti swadikap…medai…kop kun kraap..dan lain lain. Ayahngah terpegun melihat pemandangan disepanjang perjalanan ke Khon Khaen. Buminya dihijaui dengan tanaman seperti jagung, tebu, sayur sayuran yang bukan seekar dua, malah beratus ratus ekar luas nya. Boleh dikatakan setiap sm persegi tanah nya dipergunakan dengan tanaman. Kilang memperoses bahan bahan tanaman tersebut terdiri disana sini. Ditengan tengah kawasan tanaman yang sayup mata memandang kelihatan tompok tompok ternakan lembu Brahman yang berwarna putih menambahkan lagi keindahan pemandangan disetiap sudut. Di utara Thailand banyak dipelihara lembu ‘Thai Brahman’ kerana kejayaan negara itu dalam program ‘animal breeding.’ Jalan raya nya (highway) luas, lebar dan tidak berbengkang bengkok menyebabkan kita asyik sahaja dapat melelapkan mata tanpa gangguan dari hentakan atau ‘braking’.
Semasa dalam perjalanan kami memasuki kawasan perladangan rumput ternakan (pasture) seluas 3000 hektar dimana petani petani menanam rumput untuk pengeluaran biji benih rumput. Biji benih rumput ini dieksport ke beberapa negara jiran termasuk Malaysia. Disekitar kawasan ini semuanya menghijau, rata dan sayup mata memandang bagaikan tiada bertepi. Pemilikan tanah bagi setiqp petani ialah diantara 7 – 10 ekar, jauh lebih luas berbanding dengan kita di Malaysia. Tanahnya subur berwarna kemerahan. Tuhan yang Maha Kuasa telah menganugerahkan Thailand dengan keadaan tanah yang subur, siri Pakchong, salah satu siri tanah yang terbaik didunia. Kami singgah beramah mesra dengan salah seorang petani di kawasan itu sambil berbicara tentang kerja nya sebagai petani. Ternyata beliau amat komited dan amat bangga dengan kerja dan kehidupannya. Tanah yang diusahakan sejak turun temurun yang dulunya adalah merupakan tanah padi dan sekarang ini bertukar kepada ladang rumput sejak 30 tahun yang lalu kerana hasil dari pengeluaran biji benih rumput yang amat menguntungkan berbanding dengan pengeluaran padi.
Orang Thai bersikap ramah mesra, lemah lembut dan menghormati orang lain lebih2 lagi tetamu dari luar walaupun sukar berbahasa dengan mereka. Semasa berpisah kalangan mereka menyusun jari sepuluh dan meletakkan tangan kedada sambil mengatakan “kop kun”…(terima kasih), bunga bunga bahasa yang lain ayahngah tidak faham. Ayahngah balas dengan Bahasa Melayu mereka tersenyum, bila ayahngah balas dengan Bahasa Inggeris mata mereka terbeliak….Keindahan budi pekerti sedemikian sungguh menambat hati dan sememangnya ini lah budi bahasa asli orang timur yang masih kekal menjadi amalan masyarakat Thai di kawasan pendalaman.
Ayahngah dan rombongan bermalan disebuah hotel 5-star, Safatel Hotel, di Bandar Khon Khaen, salah satu bandar yang besar di utara Thailand. Bayaran hotel hanyalah RM240.00 (2,400Baths) seorang semalam yang mana bayaran sewa hotel semacam itu di KL mececah RM400.00 – 500.00. Tidak payah diceritakan keadaan dan kemewahan yang ada dihotel 5-star (sebab u all semua dah biasa tinggal dihotel 5-star kan! Cewaaah!). Disebelah malam kami bersiar siar di bandar Khon Khaen yang bermandikan cahaya sambil membeli belah bagi yang banyak bekalan. Bagi yang berpoket kosong seperti ayahngah ini hanyalah ‘window shopping’ sahaja. Kebanyakan barang2 berjenama seperti pakaian didapati sama sahaja dengan harga di Malaysia.
Sebenarnya ada mesej yang ingin ayahngah sampaikan melalui tulisan ini untuk renungan bersama generasi MCC…..
Mahu dengar cerita selanjutnya... tunggu sambungannya ya!
by Ayah Ngah
Ayahngah dan rombongan menaiki Toyota Limousine 10 seater diiringi oleh Pengarah Animal Feed Reasearch Center di Pakchong sebagai pegawai pengiring dan juga jurubahasa. “Nice tuo meet ol of yuu and welcome to Tailaan” (loghat Thai English). Pemandunya tidak boleh berbahasa Inggeris, kalau hendak berurusan dengan nya kenalah berbahasa isyarat (tangan lebih agresif dari mulut) atau memek wajah menjadi pengantara. Satu dua patah perkataan boleh lah ayahngah sebut...seperti swadikap…medai…kop kun kraap..dan lain lain. Ayahngah terpegun melihat pemandangan disepanjang perjalanan ke Khon Khaen. Buminya dihijaui dengan tanaman seperti jagung, tebu, sayur sayuran yang bukan seekar dua, malah beratus ratus ekar luas nya. Boleh dikatakan setiap sm persegi tanah nya dipergunakan dengan tanaman. Kilang memperoses bahan bahan tanaman tersebut terdiri disana sini. Ditengan tengah kawasan tanaman yang sayup mata memandang kelihatan tompok tompok ternakan lembu Brahman yang berwarna putih menambahkan lagi keindahan pemandangan disetiap sudut. Di utara Thailand banyak dipelihara lembu ‘Thai Brahman’ kerana kejayaan negara itu dalam program ‘animal breeding.’ Jalan raya nya (highway) luas, lebar dan tidak berbengkang bengkok menyebabkan kita asyik sahaja dapat melelapkan mata tanpa gangguan dari hentakan atau ‘braking’.
Semasa dalam perjalanan kami memasuki kawasan perladangan rumput ternakan (pasture) seluas 3000 hektar dimana petani petani menanam rumput untuk pengeluaran biji benih rumput. Biji benih rumput ini dieksport ke beberapa negara jiran termasuk Malaysia. Disekitar kawasan ini semuanya menghijau, rata dan sayup mata memandang bagaikan tiada bertepi. Pemilikan tanah bagi setiqp petani ialah diantara 7 – 10 ekar, jauh lebih luas berbanding dengan kita di Malaysia. Tanahnya subur berwarna kemerahan. Tuhan yang Maha Kuasa telah menganugerahkan Thailand dengan keadaan tanah yang subur, siri Pakchong, salah satu siri tanah yang terbaik didunia. Kami singgah beramah mesra dengan salah seorang petani di kawasan itu sambil berbicara tentang kerja nya sebagai petani. Ternyata beliau amat komited dan amat bangga dengan kerja dan kehidupannya. Tanah yang diusahakan sejak turun temurun yang dulunya adalah merupakan tanah padi dan sekarang ini bertukar kepada ladang rumput sejak 30 tahun yang lalu kerana hasil dari pengeluaran biji benih rumput yang amat menguntungkan berbanding dengan pengeluaran padi.
Orang Thai bersikap ramah mesra, lemah lembut dan menghormati orang lain lebih2 lagi tetamu dari luar walaupun sukar berbahasa dengan mereka. Semasa berpisah kalangan mereka menyusun jari sepuluh dan meletakkan tangan kedada sambil mengatakan “kop kun”…(terima kasih), bunga bunga bahasa yang lain ayahngah tidak faham. Ayahngah balas dengan Bahasa Melayu mereka tersenyum, bila ayahngah balas dengan Bahasa Inggeris mata mereka terbeliak….Keindahan budi pekerti sedemikian sungguh menambat hati dan sememangnya ini lah budi bahasa asli orang timur yang masih kekal menjadi amalan masyarakat Thai di kawasan pendalaman.
Ayahngah dan rombongan bermalan disebuah hotel 5-star, Safatel Hotel, di Bandar Khon Khaen, salah satu bandar yang besar di utara Thailand. Bayaran hotel hanyalah RM240.00 (2,400Baths) seorang semalam yang mana bayaran sewa hotel semacam itu di KL mececah RM400.00 – 500.00. Tidak payah diceritakan keadaan dan kemewahan yang ada dihotel 5-star (sebab u all semua dah biasa tinggal dihotel 5-star kan! Cewaaah!). Disebelah malam kami bersiar siar di bandar Khon Khaen yang bermandikan cahaya sambil membeli belah bagi yang banyak bekalan. Bagi yang berpoket kosong seperti ayahngah ini hanyalah ‘window shopping’ sahaja. Kebanyakan barang2 berjenama seperti pakaian didapati sama sahaja dengan harga di Malaysia.
Sebenarnya ada mesej yang ingin ayahngah sampaikan melalui tulisan ini untuk renungan bersama generasi MCC…..
Mahu dengar cerita selanjutnya... tunggu sambungannya ya!
by Ayah Ngah
Wednesday, August 02, 2006
Generasi Membunga
9:53 AM
No comments
ya, tapi cuma satu yg masih kawe tak bleh nak lupo ialah bila masa snappy2 gambar babalong kat umah arwah dulu (untuk ruangan babalong menulis), dia ada seloroh, kena tangkap lawa2, make sure biar masuk nabil sekali (gambar blog) - inilah generasi membunga. kawe tahu, babalong bangga. apa yg kawe buat (blog ini) cumalah sumbangan kecil sahaja. baik nabil mahupun sarah, atau sesapa sahaja selepas ini (mungkin giliran kak ngah dengan baby baru pula), yg pasti membunga pasti akan berkembang, dr satu generasi ke satu generasi baru, dan bakal menjadi nadi penghubung kesinambungan membunga seterusnya. babalong juga pernah kata, tapak dah ada - jadi kawe rasa, usah kita biarkan warisan membunga ini mati, biarlah apa org nak kata, hiraukan kalau ada sesapa yg nak cerca, even ada dikalangan warga MCC sendiri yg nak tarik diri ke apa, kawe harap kita sebagai warga MCC sejati, dan membunga khususnya, bersatu dan jangan biarkan sekali-kali warisan ini berkubur. walaupun kita kehilangan arwah babalong yg amat kita kasihi lagi hormati, bukan bermakna perjuangan dan cita-cita kita mati di sini sahaja. sama-samalah kita pastikan MCC terus utuh dan bisa menjadi penggerak untuk generasi berikutnya.
buat nabil dan sarah, juga sepupu-sepupu dan saudara-mara yg lain, ingatilah kembali bait-bait lirik lagu tema MCC...
Hari ini kita bersama
esok lusa tentu pasti
berpisah tiada dipinta
bergerak satu famili
Padamu generasi baru
pelapis berhemah tinggi
engkau harapan padu
gerak majukan MCC
Oh terus melangkah jauh
maju tiada undur
jangan kita labuhkan sauh
wawasan tiada kabur
Rintangan harus dilalui
tetapku kotakan janji
eratkan pertalian murni
itulah warga MCC...
*kredit lirik to ayah su, putraheight